LAPORAN
PRAKTIKUM
ORGANISME
PENGGANGGU TANAMAN
ACARA IV
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI
GULMA
Oleh :
NAMA : Ahmad Syarif H
NIM : AIL012055
ROMBONGAN : P
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Gulma
adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan
yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua
tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh sipenanam
sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut. Pendapat para ahli gulma yang lain ada yang mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan
pengganggu atau tumbuhan yang belum
diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian.
Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat menimbulkan
berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun
tanaman pokok adalah sebagai berikut.
1. Terjadinya kompetisi atau persaingan
dengan tanaman pokok (tanaman budidaya)
dalam hal: penyerapan zat makanan
atau unsur-unsur hara di dalam tanah,
penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.
2. Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang
bersifat toksin (racun), berupa senyawa
kimia yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan tanaman lain
disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah allelopati.
3. Sebagai tempat hidup atau inang,
maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta dan hama sehingga
memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan baik. Akibatnya
hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun tanaman
budidaya.
4. Mempersulit pekerjaan diwaktu panen
maupun pada saat pemupukan.
5. Dapat menurunkan kualitas produksi
(hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji
tanaman budidaya.
B. Tujuan
1.
Mengetahui spesies gulma yang
tumbuh mengganggu dan bersaing dengan tanaman budidaya
2.
Mengetahui komposisi jenis atau
spesies gulma, dan dominasi suatu vegetasi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Keadaan suhu yang relatif
tinggi, cahaya matahari yang melimpah, dan curah hujan yang cukup untuk daerah
tropik juga mendorong gulma untuk tumbuh subur.
Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura, perairan dan lahan non pertanian lainnya (Sukman,
1991).
Berbeda dengan hama dan
penyakit tanaman, pengaruh yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara
langsung dan berjalan lambat. Namun, kebutuhan unsur hara, air, sinar matahari,
udara, dan rung tumbuh, gulma mampu berkompetensi kuat.(Emanuel. 2003)
Gulma terhadap pertanaman
merupakan tanaman pesaing bagi tanaman budidaya. Persaingan tersebut bisa berupa persaingan
untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati. Gulma bersaing untuk hidup dengan
lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir, 1998).Gulma
terhadap pertanaman merupakan tanaman pesaing bagi tanaman budidaya. Persaingan tersebut bisa berupa persaingan
untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati. Gulma bersaing untuk hidup dengan
lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir, 1998).
Menurut Sastroutomo (1990), gulma
memiliki definisi tertentu yang didefinisi secara subjektif dan definisi
ekologis. Beberapa definisi subjektif
adalah:
1. Merupakan
tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.
2. Semua
tumbuhan selain tanaman budidayanya.
3. Tumbuhan
yang masih belum diketahui manfaatnya.
4. Tumbuhan
yang mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung.
5. Tumbuhan
yang hidup di tempat yang tidak diinginkan.
Berdasar sifat
morfologinya, gulma dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma
teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma
pakis-pakisan (ferns).
Berdasarkan siklus
hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadigulma semusim (annual weeds), gulma
semusim (biannual weeds), dan gulma tahunan (prennial weeds).
Berdasarkan habitat
tumbuhnya gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (aquatic weeds) dan gulma
daratan (terestrial weeds)
Berdasarkan pengaruh
terhadap tanaman dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D dan E. (Emanuel.
2003)
Identifikasi gulma dapat
ditempuh dengan satu cara atau kombinasi dari cara-cara di bawah ini
(Tjitrosudiro, 1984):
1.
Membandingkan gulma tersebut dengan material yang sudah
ada (herbarium).
2.
Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang
bersangkutan.
3.
Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4.
Membandingkan dengan determinasi yang telah ada.
5.
Membandingkan dengan ilustrasi yang telah tersedia.
Bagian-bagian
yang hasrus diperhatikan untuk memperoleh efisiensi pendataan vegetasi
diantaranya adalah: keadaan geologi tanah, topografi, dan data-data sebelumnya
serta fasilitas kerja atau keadaan
seperti peta,lokasi yang dicapai, waktu yang tersedia dan sebagainya.
Vegetasi menggambarkan perpaduan
berbagai jenis tumbuhan suatu wilayah atau daerah. Suatu analisis vegetasi
kadang kala dibagi menjadi beberapa komunitas yang tumbuh bersama dalam satu
wilayah.komunitas tumbuhan (asosiasi)
sering kali digunakan oleh ahli ekologi untuk menjelaskan suatu vegetasi di
sustu wilayah.Sifat dasar yng harus dimiliki oleh oleh komunitas tumbuhan
adalah :
a.
Mempunyai komposisi floristic yang tetap
b.
Fisiognonomi (struktur ,tinggi, penutupan\,tasjuk daun,
dan sebagainya.)
a.
Mempunyai penyebaran yang karakteristik dengan
lingkungan dan habitatnya
Keberadaan
gulma pada areal pertanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi
kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma
diantaranya penurunan hasil pertanian akibat persaingan atau kompetisi dalam
perolehan sumber daya (air, udara, unsur hara, dan ruang hidup), menjadi inang
hama dan penyakit, dapat menyebabkan tanaman keracunan akibat senyawa racun
yang dimiliki gulma (alelopati), menyulitkan pekerjaan lapangan dan dalam
pengolahan hasil serta dapat merusak atau menghambat penggunaan alat pertanian.
Kerugian – kerugian tersebut merupakan alasan kuat mengapa gulma harus
dikendalikan (Hamid, 2010).
Gulma
dapat diklasifikasikan menurut morfologinya menjadi beberapa golongan, yaitu
golongan rerumputan (grasses),
berdaun lebar (broad leaf) dan
teki-tekian (sedges). Beberapa
definisi yang termasuk kelompok ini adalah (Sukman, 1991) :
1. Tumbuhan
yang tidak dikehendaki manusia.
2. Semua
tumbuhan selain tanaman budidaya, sebagai contohnya selain tanaman padi di
sawah yang sengaja ditanaman tumbuhan lainnya dianggap gulma.
3. Tumbuhan
yang belum diketahui manfaatnya.
4. Tumbuhan
yang mempunyai pengaruh negatif pada manusia baik secara langsung maupun tidak
dan lain sebagainya.
5. Mempunyai
daya saing / daya kompetisi yang tinggi terhadap tanaman pokok.
6. Dapat
menjadi inang sementara bagi penyakit atau parasit tanaman utama.
7. Menghambat
kelancaran aktivitas manusia.
Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik
secara generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma
yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak dapat disebarkan oleh angin,
air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena
bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya
akan membentuk tumbuhan baru.
Demikian
juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas
dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong (Barus, 2003).
Gulma
mengakibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh:
1.
Persaingan antara tanaman utama
sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan
air, unsur- unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2.
Pengotoran kualitas produksi
pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji- biji gulma.
3.
Allelopathy yaitu pengeluaran
senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga
merusak pertumbuhannya.
4.
Gangguan kelancaran pekerjaan
para petani, misalnya adanya duri- duri Amaranthus
spinosus, Mimosa spinosa diantara
tanaman yang diusahakan.
5.
Perantara atau sumber penyakit
atau hama pada tanaman, misalnya Lersia
hexandra dan Cynodon dactylon merupakan
tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6.
Gangguan kesehatan manusia,
misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi.
7.
Kenaikan ongkos- ongkos usaha
pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah,
penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8.
Gulma air mengurangi efisiensi
sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi pemborosan
air karena penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh
penguapan 7,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka.
Identifikasi gulma adalah
suatu metode pengenalan gulma dengan cara menentukan nama botani dan takson
gulma yang akan dikenali. Dalam melakukan identifikasi gulma diperlukan
pengetahuan dasar ilmu botani, alat bantu seperti buku pedoman identifikasi,
herbarium, dan sebagainya, serta latihan keterampilan (Sembodo, 2010).
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat dan bahan
1.
Lahan sawah dan lahan kering
2.
Alat square method ukuran 50 x
50 cm
3.
Buku deskripsi gulma atau
herbarium
4.
Kantong plastik
5.
Alat tulis
6.
Kantong kertas
7.
Oven
8.
Timbangan
9.
Label
10. Lem kertas
B.
Prosedur kerja
1.
Dilemparkan alat square method
sebanyak 5 kali pada lahan sawah dan lahan kering untuk membuat petak contoh
dengan ukuran 50 x 50 cm.
2.
Diambil gulma yang tumbuh pada
petak contoh tersebut.
3.
Dimasukan kedalam kantong plastik gulma yang diperoleh dan diberi nama sesuai
dengan lahan dan nomor petak contohnya dengan menggunakan label.
4.
Diidentifikasi jenis gulma yang ada dengan menggunakan buku deskripsi gulma
berdasarkan cirri morfologinya yang sebelumnya telah dicuci.
5.
Ditulis nama spesies dan jumlah dari masing-masing gulma yang diidentifikasi
dan dimasukan ke dalam kantong kertas.
6.
Setelah diidentifikasi, gulma
yang ada dalam kantong kertas dimasukan kedalam oven sampai kering konstan.
7.
Dilakukan pengovenan selama dua hari.
8.
Ditimbang masing-masing jenis
gulma yang telah dioven.
9.
Dihitung kerapatan, frekuensi,
dan dominasi masing-masing jenis gulma.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No
|
Nama spesies gulama
|
Km
|
Kr
(%)
|
Fm
|
Fr
(%)
|
Dm
|
Dr
(%)
|
NJD/SDR
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
∑
|
||||||||
1
|
Cyperus rotundus L
|
-
|
6
|
-
|
71
|
77
|
38,5
|
2/4
|
11,11
|
25
|
22,9
|
24,17
|
2
|
Axonopus campresius
|
-
|
-
|
-
|
8
|
8
|
4
|
1/4
|
5,56
|
18,75
|
17,17
|
8,91
|
3
|
Mikania micrantha H.B.K.
|
-
|
-
|
2
|
1
|
3
|
1,5
|
2/4
|
11,11
|
0,7
|
0,64
|
4,41
|
4
|
Digitaria ciliaris
|
-
|
-
|
-
|
1
|
1
|
0,5
|
1/4
|
5,56
|
0,8
|
0,73
|
2,26
|
5
|
Ischaemum timorense Kunth
|
12
|
-
|
-
|
-
|
12
|
6
|
1/4
|
5,56
|
17,7
|
16,21
|
9,26
|
6
|
Imperata cylindrica (L.)Beauv.var. migor(Ness) C.E. Hubb
|
6
|
3
|
14
|
-
|
23
|
11,5
|
3/4
|
16,67
|
16
|
14,65
|
14,27
|
7
|
Heliotropium indicum L.
|
1
|
-
|
-
|
-
|
1
|
0,5
|
1/4
|
5,56
|
1,8
|
1,64
|
2,56
|
8
|
Ageratum conyzoides L.
|
1
|
-
|
-
|
-
|
1
|
0,5
|
1/4
|
5,56
|
0,7
|
0,64
|
2,23
|
9
|
Colopagonium sp.
|
2
|
-
|
-
|
-
|
2
|
1
|
1/4
|
5,56
|
1
|
0,91
|
2,49
|
10
|
Schaemum timorense Kunth.
|
-
|
8
|
11
|
-
|
19
|
9,5
|
2/4
|
11,11
|
12
|
10,99
|
10,53
|
11
|
Cyanotis axillaris L. Sweet
|
-
|
47
|
-
|
-
|
47
|
23,5
|
1/4
|
5,56
|
5
|
4,58
|
11,21
|
12
|
Digitaria adscenden H.B.K
|
-
|
-
|
4
|
-
|
4
|
2
|
1/4
|
5,56
|
4,6
|
4,21
|
3,92
|
13
|
Bidens biternata L.
|
-
|
-
|
2
|
-
|
2
|
1
|
1/4
|
5,56
|
5,1
|
4,67
|
3,74
|
∑
|
200
|
100
|
18/4
|
100,04
|
109,15
|
99,94
|
99,96
|
Tabel
Jenis gulma hasil
pelemparan petak contoh pada lahan kering.
B.
Pembahasan
1.
Cyperus rotondus L.
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Cyperales
Famili :
Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L.
a.
Deskripsi
tanaman
Gulma tahunan berumur
lebih dari 2 tahun. Umumnya berkembang biak Fsecara vegetatif, namun ada beberapa spesies yang
berkembang biak secara vegetatif dan generatif. Organ perkembangbiakan
vegetatif berupa akar , rimpang, umbi dan stolon. Pemotongan organ-organ
tersebut biasanya terjadi pada saat pengolahan tanah.
Gulma ini merupakan Herba
menahun, tinggi 0.1 – 0.8 m ( 1m ), Batang tumpul sampai persegi tiga tajam,
lunak , membentuk umbi , hijau pucat. Daun berjumlah 4 – 10 helai dan letaknya
berjejal pada pangkal batang, dengan pelepah daun yang tertutup tanah,helaian
daun bentuk garis, dari atas hijau tua mengkilat, 10 – 60 kali 0.2 – 0.6 cm.
Bunga Majemuk, di ujung batang, bentuk bulir, panjang 1-3 cm, lebar 2 mm,
benang sari tiga, kepalasari merah, putik panjang ± 1,5 cm, coklat. Buah Bulat
telur, panjang ± 1,5 cm, coklat. Akar Serabut, putih kotor. Anak bulir
terkumpul menjadi bulir yang pendek dan tipis, dan keseluruhan terkumpul lagi
menjadiberbentuk panjang.Daun pembalut berjumlah 3 – 4, tepi kasar, tidak
merata. Jari-jari payung 6 – 9,pangkal tertutup oleh daun pelindung yang
berbentuk tabung, yang terpanjang 3 – 10 cm, yang terbesar sekali lagi
bercabang. Anak bulir 3 – 10 berkumpul dalam bulir, duduk, berbetnuk garis,
sangatgepeng, coklat, panjang 1 – 3 cm, lebar 2 mm, berbunga 10 – 40. sekam
dengan punggung hijau dan sisicoklat, panjang kurang lebih 3 mm. Benang sari 3,
kepala sari kuning cerah. Tangkai putik bercabang 3.buah memanjang sampai bulat
telur terbalik, persegi tiga, coklat, panjang kurang lebih 1.5 mm.
Penyebarannya
baik di daerah tropis ataupun daerah sub tropis.n Berkembang biak terutama
dengan umbinya.
Gulma ini apat tumbuh pada bermacam-macam keadaan tanah dengan
ketinggian 1 – 1000 m. Gulma ini
termasuk gulma tahunan yang berkembang biak
terutama dengan umbinya. Umbi gulma ini dapat tumbuh pada
suhu sekitar 13 –
14°C dan suhu optimum untuk pertumbuhan teki berkisar antara 30 –35°C.
2. Axonopus compressus
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Axonopus
Spesies : Axonopus compressus (Swartz)
Beauv.
b.
Deskripsi tanaman
Gulma tahunan ( perennial
weeds ), gulma yang umurnya lebih dari 2 tahun. Gulma ini
umumnya berkembang biak secara vegetatif dan generatif. Organ perkembangbiakan
stolon. Pemotongan organ-organ tersebut biasanya terjadi saat pengolahan tanah.
Sistem perakaran tunggang. Akar jukut pahit memiliki
panyak percabangan. Akar jukut pahit memiliki warna coklat keputih-putihan.
Akar jukut pahit tidak lagi memiliki rambut-rambut halus. Batangnya tidak berongga, bentuknya tertekan ke arah
lateral sehingga agak pipih, tidak berbulu, tumbuh tegak berumpun, sering
membentuk geragih yang pada setiap ruasnya dapat membentuk akar dan tunas baru,
di lapangan sering tumbuh rapat membentuk “sheet”.
Daunnya berbangun
daun lanset, pada bagian pangkal meluas dan lengkung, ujungnya agak tumpul,
permukaan sebelah atas ditumbuhi bulu-bulu halus yang tersebar sedang sebelah
bawah tidak berbulu, ukuran panjangnya 2,5-37,5 cm dan ukuran lebar 6-16
mm.
Bunga jukut pahit (Axonopus compressus (Swartz) Beauv.) terdiri dari dua sampai
tiga tangkai yang ramping semuanya tergabung secara simpodial muncul dari upih
daun paling atas berkembang secara berturut-turut, tangkai perbungaan tidak
berbulu, pada bagian ujung (apex) terbentuk dua cabang bunga atau bulir (spica)
yang berhadapan berbentuk huruf V.
Buah jukut pahit (Axonopus compressus (Swartz) Beauv.) tersusun dalam dua baris
yang berselang-seling pada kedua sisi sumbu yang rata. Buah jukut pahit tidak
saling tumpang tindih. Buah jukut pahit berwarna hijau muda. Buah jukut pahit
berukuran kecil. Buah jukut pahit memiliki ukuran yang kecil.
Biji jukut pahit (Axonopus compressus (Swartz) Beauv.) berbentuk sangat kecil.
Biji jukut pahit berada di dalam buahnya. Biji jukut pahit tidak memiliki
rambut-rambut halus atau bulu-bulu halus diseluruh permukaan bijinya. Biji
jukut pahit memiliki warna putih atau memiliki warna putih kehijau-hijauan.
Gulma ini beradaptasi dengan iklim tropis
3. Mikania micrantha H.B.K.
a. Klasifikasi
Kingdom :
Plantae (Tumbuhan)
Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo :
Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Mikania
Spesies : Mikania
micrantha Kunth
b. Deskripsi
tanaman
Mikania micrantha merupakan gulma tahunan yang tumbuh merambat
dengan cepat. Mikania juga menghasilkan senyawa alelopati
berupa phenol dan flavon. Mudah berkembang biak melalui potongan batang dan
biji. Viabilitas biji mencapai lebih dari 60%, sedangkan daya tumbuh stek dapat
mencapai 95%.
Batang M.
micrantha tumbuh
menjalar berwarna hijau muda, bercabang dan ditumbuhi rambut-rambut halus.
Panjang batang dapat mencapai 3-6m. Pada tiap ruas terdapat dua helai daun yang
saling berhadapan, tunas baru dan bunga.
Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati
dengan panjang daun 4-13cm dan lebar daun 2-9cm. Permukaan daun
menyerupai mangkok dengan tepi daun bergerigi.
Bunga tumbuh berwarna putih, berukuran kecil
dengan panjang 4.5-6mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung tunas. Biji
dihasilkan dalam jumlah besar, berwarna coklat kehitaman dengan panjang 2mm.
Mikania termasuk dalam gulma
penting pada kelapa sawit yang dapat tumbuh hingga ketinggian 700 mdpl. Mikania
umumnya tumbuh dominan pada areal kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) hingga
dapat meimbelit/menutupi seluruh pelepah/tajuk kelapa sawit.
4 Digitaria
ciliaris
a.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Digitaria
Spesies : Digitaria ciliaris
b. Deskripsi tanaman
Tumbuh-tumbuhan dapat mudah tumbuh pada segala macam
keadaan tanah pada ketinggian 1 – 1800 m. Tumbuihan tahunan dalam bentuk
lempengan, batang yang menyagga bunga tingginya 50-11-cm.
Digitaria ciliaris merupakan gulma berdaun sempit, yang memiliki ciri khas seperti:
daun menyerupai pita, batang tanaman beruas-ruas, tanaman tumbuh tegak atau
menjalar,dan memiliki pelepah atau helaian daun.
Pelepahnya
tipis, helai daunnya lembut berbentuk pita. Bunga majemuk diujung batang
berbentuk tandan berjumlah 4-9 spikelet berbentuk bulat telur.
Rumput yang berumpun, dengan batang yang merayap;
tinggi dapat mencapai 1 – 1.2 m. Batang berongga, pipih yang besar semakin ke
bawah. Pelepah daun menempel pada batang, lidah sangat pendek. Helaian daun
berbentuk garis lanset atau garis, bertepi kasar, kerapkali berwarna keunguan.
Bulir 2 – 22 per karangan bunga, terdapat pada ketinggian yang tidak sama.
Poros bulir berlunas, panjang 2 – 21 cm. Anak bulir berseling kiri dan kanan
dari poros, berdiri sendiri dan berpasangan tetapi dengan tangkai yang tidak
sama panjang, ellips memanjang, rontok pada saat bersamaan, panjang 2 – 4 mm.
5.
Ischaemum timorense Kunth
a. Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliopsida
Kelas :
Liliopsida
Ordo :
Cyperales
Suku :
Poaceae
Genus :
Ischaemum
Spesies :
Ischaemum timorense Kunth
b. Deskripsi tanaman
Rumput menahun dengan akar rimpang yang
panjang. Pelepah daun berwarna hijau terang atau ungu yang agak
bertumpuk-tumpuk dengan helaian daun yang sangat pendek Daun kelopak memiliki panjang 3-6 cm, bentuk melanset-membundar telur sampai
memita. Perbungaan terminal, terdiri dari 2 tandan yang menyatu, buliran
berpasang-pasangan, satu melekat dan satu bertangkai, warna jerami; buliran
yang melekat gundul, sedangkan buliran yang bertangkai berambut.
Hasil identifikasi
yang dilakukan terdapat 12 jenis gulma pada lahan yakni, Cyperus rotundus L., Axonopus compressius, Mikania micrantha H.B.K.,
Digitaria ciliaris, Ischaemum timorense Kunth, Imperata
cylindrica (L) Beauv. Var.
Major (ness) C.E. Hubb, Heliotropium
indicum L., Ageratum conyzoides L., Calopogonium sp., Cyanotis axillaris L.,
Digitaris adscenden H.B.K., Bidens biternata L.
Hasil
analisis vegetasi yang dilakukan, jenis gulma yang dominan pada lahan adalah Cyperus rotundus L. dengan Nilai Jumlah
Dominasi (NJD) sebesar 24,17%. Hal ini sesuai dengan pendapat Budi dan Oetami
(2009) bahwa gulma ini dapat tumbuh pada
bermacam-macam keadaan tanah. Menurut
Rao (2000), Cyperus
rotondus L. merupakan jenis gulma yang berbahaya
(noxious).
Pada lahan percobaan juga diketahui bahwa NJD setiap
gulma bervarisi sehingga jelas terjadi persaingan, dan dari persaingan tersebut
maka akan menyebabkan populasi dari satu gulma lebih sedikit dibandingkan
dengan gulma lain. Hal ini sesuai dengan literatur Nasution (1986) yang
menyatakan bahwa persaingan terjadi apabila sejumlah organisme (baik dari jenis
yang sama maupun berbeda) membutuhkan/menggunakan faktor-faktor kehidupan yang
sama dan faktor-faktor kehidupan tersebut tidak cukup tersedia di dalam
lingkungan. Dalam interaksi antara tumbuh-tumbuhan, pengobahan faktor-faktor
lingkungan oleh suatu tumbuhan mengakibatkan berkurangnya aktivitas pertumbuhan
dari tumbuhan lainnya.
Gulma adalah
tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada disekitar
tanaman yang dibudidayakan dan
berasosiasi dengannya secara khas. (Moenandir,1988). Gulma yang selalu tumbuh
di sekitar petanaman (crop)
mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir. Adanya gulma
tersebut membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya
sasaran produksi pertanaman pada umumnya.
Mempelajari
hubungan populasi gulma dengan tanaman budidaya bermanfaat untuk:
1. Dapat
menduga tingkat populasi dari setiap jenis atau spesies gulma dari generasi ke
generasi, sehingga dapat menggunakan cara yang tepat untuk pengendaliannya.
2. Memperoleh
informasi mengenai ambang ekonomi gulma terhadap kerugian tanama budidaya.
3. Mendapatkan
informasi yang berhubungan dengan ekologi gulma untuk penggunaan herbisida yang
benar dan sesuai.
Menurut Buchler
et al. (1995)Cara-cara identifikasi gulma dapat ditempuh satu
atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara di bawah ini:
- Membandingkan
gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium
- Konsultasi
langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan
- Mencari
sendiri melalui kunci identifikasi
- Membandingkan
dengan determinasi yang ada
- Membandingkan
dengan ilustrasi yang tersedia
Karakteristik gulma
dipakai dalam identifikasi dan penelaan gulma; terbagi atas sifat-sifat
vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-sifat generatif
yang cenderung tetap. Tanda-tanda yang dipakai yaitu bagian vegetatif gulma dan
bagian generatif gulma. Keadaan gulma yang paling ideal untuk identifikasi
adalah jika semua bagian-bagian tersebut (vegetatif dan generatif) lengkap.
Dalam ilmu vegetasi
telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang
sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuan.
Metode analisis vegetasi sangat beragam tergantung keadaan vegetasi itu
sendiri. Beberapa analisis vegetasi antaralain:
- Metode
garis. Merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Untuk
areal luas, metode ini sering digunakan karena selain cepat juga cukup teliti.
Alat yang digunakan yaitu pita meteran 15-25 meter disebut sebagai garis
rintisan.
- Metode
titik. Merupakan suatu variasi metode kuadrat. Jika suatu kuadrat diperkecil
sampai tidak terhingga, akan menjadi titik. Metode ini sangat efektif untuk
sampling vegetatif yang rendah, rapat dan membentuk anyaman, yang tidak jelas
batas satu dengan lainnya. Parameter yang diperoleh adalah dominasi dan
frekuensi.
- Metode
estimasi. Digunakan untuk pengamatan sebuah petak untuk daerah yang luas serta
tidak tersedia waktu yang banyak.
Parameter dalam analisis
vegetasi yang digunakan adalah persentase penyebaran , kerapatan, frekuensi dan
dominansi. Selain dinyatakan dalam persen, luas penyebaran komponen vegetasi
sering diubah kedalam 5-10 skala abundansi. Kerapatan menunjukkan jumlah
individu suatu jenis tumbuhan pada tiap petak contoh. Yang dimaksud frekuensi
jenis tumbuhan adalah beberapa jumlah petak contoh (dalam persen) yang memuat
jenis tersebut, dari sejumlah petak-contoh yang dibuat. Dominansi, istilah
digunakan untuk menyatakan berapa luas area yang ditumbuhi atau kemampuan suatu
jenis tumbuhan dalam hal bersaing dengan jenis lainnya. Dominansi dinyatakan
dalam istilah kelindungan (coverage) atau luas basal atau biomassa atau volume.
Perbandingan nilai penting atau summed dominance ratio (SDR) menunjukkan jumlah
nilai penting dibagi jumlah besaran. SDR biasa dipakai karena jumlahnya tidak
pernah lebih dari 100%, sehingga mudah diinterprestasi. SDR hanya berharga jika
dipakai untuk menunjukkan jumlah dominasi suatu jenis dengan jenis lain dalam
suatu komunitas. Dalam suatu analisis vegetasi akan diperoleh beberapa data
yang penting yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Pengelolaan
gulma terpadu merupakan konsep yang mengutamakan
pengendalian secara alami dengan menciptakan keadaan lingkungan yangtidak
menguntungkan bagi perkembangan gulma dan meningkatkan dayasaing tanaman
terhadap gulma. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengendalian secara
terpadu:
a.
pengendalian
gulmasecara langsung dilakukan dengan cara fisik, kimia, dan biologi dan secara tidak langsung melalui peningkatan daya saing tanaman melalui
perbaikanteknik budi daya
b.
memadukan
cara-cara pengendalian tersebut, dan
c.
analisis
ekonomi praktek pengendalian gulma (Rizal 2004).
Pengelolaan gulma secara terpadu
mengkombinasikan efektivitas dan efisiensi ekonomi.Jika penggunaan herbisida
dikurangi maka pengolahan tanah
setelah tanam diperlukan (Buchler et al. 1995). Pengolahan tanahdapat mencegah
perkembangan resistensi populasi gulma terhadapherbisida, mengurangi
ketergantungan terhadap herbisida, dan menundaatau mencegah peningkatan spesies
gulma tahunan yang sering menyertai
dan
timbul bersamaan dengan pengolahan konservasi (Staniforth andWiese 1985).Pada
saat penggunaan herbisida diminimalkan atau dikurangi,pengolahan tanah setelah
tanam diperlukan untuk mengendalikan gulma
(Buchholtz
and Doersch 1968).Mengurangi pengolahan tanah lebih efisien dalam penggunaan energi daripada
mengurangi penggunaan herbisida(Clements et al. 1995).
Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini :
1. Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :
a. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam
waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari
berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan
umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering disebut
sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi
kenyataannya kita sering mengalami kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai
beberapa kelebihan yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang
banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih bertahan
hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya
b. Gulma
dua tahun (biennial weeds), yaitu
gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak
lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk pertumbuhan vegetatif
menghasilkan bentuk roset dan pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan
kemudian mati. Pada periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida.
Yang termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus
sylvestris, Echium vulgare, Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia
biennis
c. Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat
hidup lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun).
Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan banyak diantaranya yang berkembang
biak secara vegetatif. Pada keadaan kekurangan air (di musim kemarau) gulma
tersebut seolah-olah mati karena bagian yang berada di atas tanah mengering,
akan tetapi begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan bersemi kembali
2.
Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a.
Gulma darat (terrestial weeds),
yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus, Imperata cylindrica,
Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus, Mimosa sp dan lain sebagainya
b. Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang
tumbuh di habitat air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1).
Gulma air garam (saltwater atau marine
weeds), yaitu gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, misal di
hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus
acoroides dan Acrosticum aureum.
2).
Gulma air tawar (fresh water weeds),
yaitu gulma yang tumbuh di habitat air tawar
3.
Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a. Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli, Echinochola colonum,
Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Marsilea crenata
b. Terdapat di tanah kering atau tegalan,
contohnya Cyperus rotundus, Amaranthus
spinosus, Eleusine indica c.
Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata cylindrica, Salvinia sp., Pistia stratiotes
4. Berdasarkan
sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Monocotyledoneae,
gulma berakar serabut, susunan tulang daun sejajar atau melengkung, jumlah
bagian-bagian bunga tiga atau kelipatannya, dan biji berkeping satu. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus,
Cyperus dactylon, Echinochloa crusgalli, Panicum repens
b. Dicotyledoneae,
gulma berakar tunggang, susunan tulang daun menyirip atau menjari, jumlah
bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau kelipatannya, dan biji berkeping dua.
Contohnya Amaranthus spinosus, Mimosa
sp., Euphatorium odoratum
c. Pteridophyta,
berkembang biak secara generatif dengan spora. Sebagai contoh Salvinia
sp., Marsilea crenat.
5. Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Golongan
rumput (grasses)
Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae. Deangan ciri, batang
bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga.Daun-daun soliter pada buku-buku,
tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua
bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier),
tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara
pelepah daun dan helaian daun. daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu
pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi
daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah
daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga
satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis).
Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di
mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung
(bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil
disebut palea.Buah disebut caryopsis atau grain.Contohnya Imperata cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum
repens
b. Golongan teki (sedges)
Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae.Batang umumnya berbentuk
segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.Daun tersusun
dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula).Ibu tangkai
karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak
bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak membuka.
Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis
littoralis, Scripus juncoides
c. Golongan berdaun lebar (broad leaves)
Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae
dan Pteridophyta. Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava,
Eichornia crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp
6. Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Gulma obligat (obligate
weeds) adalah gulma yang tidak pernah dijumpai hidup secara liar dan hanya
dapat tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contoh Convolvulus arvensis, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava b. Gulma fakultatif
(facultative weeds) adalah gulma yang tumbuh secara liar dan dapat pula tumbuh
pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus Opuntia sp
7. Berdasarkan parasit atau tidaknya, dibedakan dalam :
a. Gulma non parasit,
contohnya Imperata cylindrica, Cyperus
rotundus.
b. Gulma parasit, dibedakan
lagi menjadi :
1) Gulma parasit sejati, contoh Cuscuta
australis (tali putri).
Gulma ini tidak mempunyai daun, tidak mempunyai
klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri, kebutuhan akan makannya
diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya (haustarium)
memasuki sampai ke jaringan floem
2) Gulma semi parasit, contohnya Loranthus
pentandrus.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat
melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan unsur hara lainnya
diambil dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan
silem.
3) Gulma hiper parasit, contoh Viscum
sp.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat
melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan hara lainnya diambil
dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan xylem.
V.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Hasil identifikasi yang dilakukan terdapat 12 jenis
gulma pada lahan kering yakni, Cyperus
rotundus L., Axonopus compressius, Mikania micrantha H.B.K., Digitaria ciliaris, Ischaemum timorense Kunth, Imperata
cylindrica (L) Beauv. Var.
Major (ness) C.E. Hubb, Heliotropium
indicum L., Ageratum conyzoides L., Calopogonium sp., Cyanotis axillaris L.,
Digitaris adscenden H.B.K., Bidens biternata L.
2. Gulma yang paling dominan pada lahan
kering adalah Cyperusrotundus L., dengan
Nilai jumlah dominasi (NJD) sebesar 24,17%. NJD terendah adalah Ageratum conyzoides L.
B. Saran
Semoga praktikum yang selanjutnya jauh lebih baik dan
penggunaan waktu lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Emanuel .2003. Pengendalian Gulma Perkebunan.
Kanisius: Yogyakarta.
Buchholtz, K.P. and
R.E. Doersch. 1968. Cultivation and
herbicides for weed control in corn. Weed Sci. 16:232-234.
Buchler, D.B., J.D.
Doll, R.T. Proost, and M.R. Visocky. 1995. Integrating
mechanical weeding with reduce herbicide use in conservation tillage corn
production systems.Agron. J. 87:507-512.
Budi, Gayuh Prasetyo dan Oetami Dwi
Hajoeningtijas. 2009. Competitive
Ability of Several Soybean Varieties (Glycine max) against Imperata cylindrica and Cyperus rotundus. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2
Mahfudz. 2003. Studi
Dinamika Gulma pada Berbagai Sistem Pertanaman di Taman Nasional Lore Lindu.Jurnal
Agroland 10 (4) : 334-339.
Moenandir, Jody. 1988. Pengantar
Ilmu Pengendalian Gulma. Rajawali Press,
Jakarta.
Natawigena,
H. 1995. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya,
Bandung.
Polosakan, R., 1990. Pengaruh
beberapa spesies gulma terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman ubi jalar (Ipomoea
batatas L) varietas grompol. Dalam Prosiding I. Konferensi X. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Malang
13 – 15 Maret : 8-9.
Rahayu, N, Nasrullah dan A.T.Soejono. 2003. Periode Kritis Tanaman Jagung Terhadap
Persaingan dengan Gulma. Jurnal Agrosains. Berkala Penelitian Pascasarjana
ilmu-ilmu pertanian UGM 16 (1) : 31-41
Rao, VS., 2000. Principles of Weed
Science. Science Publisher, Inc., USA.
Sastroutomo, Sutikno. 1990. Ekologi
Gulma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Staniforth, D.W. and A.F. Wiese. 1985. Weed biology and its relationship to weed
control in limited tillage systems. In: A.F. Wiese (Ed.). WeedControl in
Limited Tillage Systems. Weed Sci. Soc. Am. Champaign. IL.p.15-25.
Sukman,
Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers,
Jakarta.
Tjitrosoedirdjo, dkk. 1984. Pengolahan
Gulma di Perkebunan. Gramedia, Jakarta.
Wicks, G.A., D.A.Crutcfield, O.C. Burnside, 2004. Influence of Wheat (Triticum
aestivum) Straw Mulch
and Metalachlor on Corn (Zea mays)
Growth and Yield. Weed Sci .
42 : 141-147.
0 komentar:
Posting Komentar