Pemahaman terhadap partikularitas masa lalu beserta segala dimensi
temporalnya tak lain menjadi jalan yang menghubungkan kita dengan Ilahi.
Melalui jalan mengarungi aliran waktu, seorang hamba yang bijak akan
sampai pada pemahaman tingkat absolut Ilahiyah yang justru terbebas dari
waktu. Dengan kata lain, perjalanan menyusur jalur waktu adalah
pergerakan untuk keluar dari waktu itu.
Betapa cinta pada Nabi
Saw. (utusan Allah) melalui tradisi membaca maulid Nabi Saw.
sesungguhnya adalah upaya agar dapat menghadirkan kepribadian Nabi Saw.
dalam pikiran dan hati kita sehingga bisa menjadi teladan bagi kita.
Begitulah hakikat maulid yang dianggap bid’ah oleh beberapa gelintir
orang.
Menghargai budaya telah
lampau yang sarat pesan spritual merupakan sebuah bentuk aplikasi
ke-Aswajaan (Ahlussunah wal Jama’ah) dalam konteks ruhaniyah dengan
menghadirkan tasawuf sebagai media menyelami kehidupan melalui Aswaja.
Ahlussunah wal Jama’ah yang kita ikuti adalah Ahlussunah wal Jama’ah
yang mengembangkan prinsip moderat dan toleran sehingga bila kita
menyelami Ahlussunah wal Jama’ah, kita akan mendapati wajah Islam yang
ramah, moderat dan tidak mudah menyalahkan orang lain.
Aswaja
mengandung penghargaan terhadap tradisi lama yang baik dan sikap
responsif terhadap inovasi baru yang lebih bagus. Itu termaktub dalam
konsep al-muhafadzah ‘ala al-qadim ash-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid
al-ashlah (mengganti budaya yang lama dengan yang baru yang lebih baik).
Dengan demikian, Aswaja mengajarkan kita untuk lebih selektif terhadap
peranata budaya kontemporer, tidak serta-merta mengadopsinya sebelum
dipastikan benar-benar mengandung maslahat.
Tak hanya itu,
dengan memahami Aswaja, kita juga mendapat siraman-siraman sejarah yang
begitu dalam disertai penjelasan-penjelasan secara jelas dan mendetail
akan indahnya jalinan cinta seorang hamba dengan Sang Pencipta. Agar
kita mau mulai memahami dan mengenal para pendahulu. Mereka adalah para
imam agung dan insan-insan mumpuni yang telah mewariskan tradisi
keilmuan gilang-gemilang hingga hari ini, baik dari ahl al-bait,
sahabat, maupun murid-murid mereka. Berkat pengorbanan besar mereka,
risalah yang dibawa oleh Nabi Saw. dapat sampai ke tangan mereka. Oleh
karena itu, kecintaan mereka hanya bisa tumbuh melalui pemahaman sejarah
mereka. Karena mengenalnya adalah sebuah perjalanan mengenal Ilahi,
ilmu mereka tak lain adalah tinta dari samudra Ilahiyah tak bertepi.
(Saduran dari buku karya Maulana al-Habib M. Luthfi bin Yahya “Secercah Tinta”).
CONVERSATION
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar