LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR PEMULIAAN TANAMAN
ACARA IV
HIBRIDISASI TANAMAN MENYERBUK SILANG
Semester :
Ganjil 2013/2014
Oleh :
Nama : Ahmad Syarif H
NIM :
A1L012055
Rombongan : B1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2013
ACARA IV. HIBRIDISASI TANAMAN
MENYERBUK SILANG
Tanggal
praktikum : 2 Oktober 2013
Nama : Ahmad Syarif H
NIM : A1L012055
Nama
Partner : Ajeng
Siti Khodijah
Imam Prasetio
Santia Budi Y
Rini Antasari
Rombongan : B1
Asisten : Dede Y. Kurniawan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tujuan utama suatu program pemuliaan tanaman adalah
untuk mendapatkan kombinasi genotip baru untuk diseleksi lebih lanjut sampai
menghasilkan varietas baru yang lebih unggul. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan kegiatan persilangan antara tetua jantan dan betina yang memiliki
gamet yang diinginkan yang disebut dengan hibridisasi. Hasil persilangan
tersebut merupakan fase penting dalam program pemuliaan tanaman. Dengan
demikian hibridisasi dapat diartikan sebagai upaya untuk mendapatkan kombinasi
genetik yang diinginkan melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda
komposisi genetiknya. Keturunan hasil hibridisasi ini akan mengalami segregasi
pada F1 bila kedua tetuanya heterozigot, atau pada F2
bila kedua tetuanya homozigot. Akibat terjadinya segregasi ini akan menimbulkan
keragaman genetik yang selanjutnya dilakukan seleksi dan evaluasi terhadap
karakter tanaman yang diinginkan.
Agaknya
masih terasa sulit untuk menjelaskan proses hibridisasi antar tanaman secara
keseluruhan dan mendalam, karena adanya variasi mekanisme pembungaan baik dalam
maupun antar spesies tanaman. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi
biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan galur inbrida. Selain itu juga
dimaksudkan untuk menguji potensi satu atau beberapa tetua. Sedangkan pada
tanaman menyerbuk sendiri, hibridisasi merupakan langkah awal dalam setiap
program pemuliaan. Hal ini disebabkan karena pada spesies tanaman menyerbuk
sendiri selalu dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda
genotipenya.
B. Tujuan
Menghasilkan
biji F1 dengan kombinasi sifat tetua dari persilangan jagung,
sebagai salah satu tahap dalam upaya perakitan varietas baru untuk tanaman
menyerbuk silang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perkawinan antar spesies merupakan
salah satu cara yang digunakan dalam meningkatkan keragaman genetik bahan
pemuliaan. Keragaman tersebut nantinya akan diseleksi untuk mendapatkan
varietas yang memiliki sifat unggul. Varietas bersifat unggul tersebut yang
nantinya dapat dilepas sebagai varietas unggul. Perkawinan silang antar spesies
dan dalam spesies memiliki beberapa perbedaan dalam tingkat keragaman genetik
nantinya. Jenis perkawinan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sehingga
dalam proses perkawinan dalam tanaman atau sering disebut dengan penyerbukan.
Hibridisasi
(persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya.
Berdasarkan pengelompokan tanaman yang digunakan dalam persilangan, hibridisasi
dibedakan menjadi :
1.
Hibridisasi
intravarietas, yaitu persilangan yang dilakukan antara tanaman yang varietasnya sama.
2.
Hibridisasi
intervarietas, yaitu persilangan yang dilakukan antara tanaman yang varietasnya
berbeda dalam spesies yang sama. Hibridisasi ini disebut juga hibridisasi intraspesifik.
3.
Hibridisasi
interspesifik, yaitu persilangan antara tanaman dari dua spesies yang
berbeda,dalam genus. Hibridisasi ini disebut juga hibridisasi intragenerik.
Jenis persilangan initelah dilakukan untuk memindahkan gen ketahanan terhadap
hama dan penyakit, atautoleransi terhadap kekeringan pada varietas tanaman
gandum, tomat, tebu, dan lain-lain.
4.
Hibridisasi
intergenerik, yaitu persilangan yang dilakukan antar tanaman dari genus
yangberbeda. Beberapa contoh tanaman hasil persilangan ini adalah
Raphanobrassica, Rabbage, Maize-teosinte, sugarcane-sorghum, dan
lain-lain. Hibridisasi ini juga biasa digunakan untuk memindahkan sifat
ketahanan penyakit, hama dan kekeringan dari genustanaman liar ke tanaman budi
daya (Alfikri,
2011).
Pada tanaman menyerbuk
silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk mengujipotensi tetua atau
pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida. Selain
itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk memperluas keragaman. (Yunianti,
Sriani, dan Muhamad. 2011)
Penyerbukan silang adalah
berpindahnya serbuk sari dari suatu bunga tanaman lain kekepala putik tanaman
yang berbeda. Penyerbukan ini terjadi karena terhalangnya serbuk sari dari
bunga yang sama untuk melangsungkan penyerbukan sendiri. Umumnya penyerbukan
terjadi karena bantuan angin dan serangga ( Nasir, 2001).
Metode pemuliaan tanaman menyerbuk
silang sedikit berbeda dengan tanaman menyerbuk sendiri karena pada tanaman
menyerbuk silang, dalam populasi alami terdapat individu-individu yang secara
genetik heterozigot untuk kebanyakan lokus. Secara genotipe juga berbeda dari
satu individu ke individu lainnya, sehingga keragaman genetik dalam populasi
sangat besar. Fenomena lain yang dimanfaatkan dalam tanaman menyerbuk silang
adalah ketegaran hibrida atau heterosis. Heterosis didefinisikan sebagai
meningkatnya ketegaran (vigor) dan besaran F1 melebihi kedua tetuanya.
Sebaliknya bila diserbuk sendiri akan terjadi tekanan inbreeding. Beberapa
metode yang populer pada tanaman menyerbuk silang misalnya pembentukan varietas
hibrida, seleksi massa, seleksi daur ulang, dan dilanjutkan dengan pembentukan
varietas bersari bebas atau varietas sintetik. Untuk tanaman yang membiak
secara vegetaif dapat dilakukan seleksi klon, hibridisasi yang dilanjutkan dengan
seleksi klon. Cara ini dapat digunakan juga untuk pemuliaan tanaman tahunan
yang biasa dibiakan secara vegetatif.
Metode Seleksi Pada Tanaman Menyerbuk Silang
Dasar–dasar yang dapat
membedakan diantara metode :
a. Cara pemotongan populasi dasar
b. Ada tidaknya kontrol terhadap persilangan
c. Model perangen pada populasi bersangkutan
d. Tipe uji keturunan
e. Macam dari varietas komersiil yang akan dibentuk.
Metode penting yang sesuai dengan
penyerbukan silang antara lain:
1.
Seleksi massa. Seleksi ini merupakan cara yang
penting dalam pengembanan macam-macamvarietas yang disilangkan.Dalam seleksi
ini jumlah yang dipilih banyak untuk memperbanyak generasi berikutnya.
2.
Pemuliaan persilangan kembali. Metode ini digunakan
dengan species persilangan luar yang nilainya sama baiknya dengan species yang
berpolinasi sendiri.
3.
Hibridisasi dari galur yang dikawinkan. Varietas
hibrida tergantung dari keunggulan keragamanyang mencirikan hibrid F1 diantara
genotipe tertentu.Tipe genotipe yantg disilangkan melahirkan galur-galur, klon,
strain, dan varietas.
4.
Seleksi berulang. Seleksi yang diulang, genotip[e yang
diinginkan dipilih dari genotipe ini atau turunan sejenisnya disilangkan dengan
luar semua kombinasi yang menghasilkan populasi untuk disilangkan.
5.
Pengembangan varietas buatan. (R. W. Allard, 1992).
Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan:
1.
Penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan
dan betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya
bersamaan.
2.
Waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina
waktu emaskulasi harus diperhatikan, padi harus pagi hari, bila melalui waktu
tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika
stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif
bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya
dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua
tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini
diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga. (Syukur, 2009)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Bahan
Tongkol
tetua betina dan malai tetua jantan
B. Alat
Kantong
kertas, pengikat, label dan pensil
C. Prosedur
Kerja
1. Bunga
betina (tongkol) yang akan diserbuki dipilih. Tongkol yang dipilih yaitu
tongkol yang belum diserbuki, ditandai dengan rambut pada ujung tongkol belum
keluar atau keluar dalam jumlah sedikit, dan ukuran tongkol masih kecil.
2. Tanaman
yang akan dipakai sebagai tetua jantan (sumber serbuk sari) dipilih. Malai yang
dipilih yaitu malai yang siap untuk dijadikan tetua ditandai dengan bunga
jantan sudah mekar.
3. Bunga
jantan tersebut dibungkus menggunakan kantong kertas sampai rapat, kemudian
digoyang-goyngkan agar serbuk sari terkumpul pada kantong.
4. Setelah
kantong dirasa sudah cukup terisi oleh serbuk sari, dengan segara kantong
tersebut digunakan untuk membungkus tongkol yang sudah dipilih sebelumnya, dan
ditutup dengan rapat.
5. Kantong
berisi serbuk sari yang sudah ditutupkan pada tongkol, digoyang-goyangkan agar
serbuk sari jatuh pada tongkol.
6. Kantong
diikat menggunakan benan berwarna dan diberi etiket.
7. Keberhasilan
persilangan dapat dilihat setelah
3 minggu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
pengamatan
Tanggal
penyerbukan : 2 Oktober 2013
Tanggal
Pengamatan : 9 Oktober 2013
16 Oktober 2013
22
Oktober 2013
Jenis
tetua : ♂
jagung manis x ♀ jagung manis
Jumlah
biji yang terbentuk : 379 biji
B. Pembahasan
Hibridisasi
atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik
dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik
tersebut dimiliki keturunannya. Hibridisasi merupakan metode pemuliaan tanaman
yang dilakukan pada tanaman yang dikembangbiakan secara vegetatif. Sumber
variasi sifat atau klon-klon baru yang sangat luas variabilitasnya dan menjadi
sumber penyeleksian klon baru dapat diperoleh dengan metode hibridisasi ini.
Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi
pada keturunannya, yang kemudian digunakan pemulia tanaman untuk memilih
tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan. (Sunarto,
1997).
Penyerbukan silang adalah berpindahnya serbuk sari
dari suatu bunga tanaman lain ke kepala putik tanaman yang berbeda. Penyerbukan
ini terjadi karena terhalangnya serbuk sari dari bunga yang sama untuk
melangsungkan pembuahan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penyerbukan
silang pada jagung antara lain:
a. Pemilihan
tetua jantan dan betina
untu melakukan silangan, kita
membutuhkan induk betina dan induk jantan. Kedua induk sebaiknya amemiliki
keunggulan yang nantinya diharapkan bias terpadu pada keturunannya sebagai
induk betina dipilih tanaman yang memiliki bungan dengan putik sudah matang kelamin,
yakni mengeluarkan cairan seperti embun, dan belum menghailkan serbuk sari.
Bunga yang sudah menghasilkan serbuk sari dikhawatirkan sudah mengalami
penyerbukan sendiri. Sementara itu sebagai induk jantan dipilih tanaman yang
bunganya sudah menghasilkan serbuk sari, sebagai tanda kelamin janyan sudah
matang.
b. Kastrasi
Kastrasi
adalah pengambilan kotak sari (bunga jantan) dengan sengajaagar tidak terjadi
persilangan sendiri. Kastrasi dilakukan pada saat bunga jantan mulai muncul
tetapi belum pecah. Kotak sari yang belum pecah biasanya telah menyembul di dua
sisi bunga betina dan berwarna putih, sedangkan kotak sari yang sudah pecah
berwarna krem coklat kehitaman.Munculnya bunga jantan
padatan dan bunga berkisar antara 6-12 hari. Kastrasi dilakukan
setiap hari sesuai dengan kemunculan bunga jantan tersebut. Ada beberapa cara
untuk melakukankastrasi, yaitu: (1) menggunakan pompa pengisap, (2) dengan
perlakuan alkohol,dan (3) secara manual dengan pinset. Kastrasi sebaiknya
dilakukan pada pagi hari setelah persilangan pada saat bunga jantan mulai
muncul tetapi belum pecah, biasanya 1-2 kali setelah persilangan.Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan mekanis tandan bunga. (Soemedi, 1982).
c.
Emaskulasi
Langkah
kedua setelah pemilihan tetua. Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan
pada tetua yang ditujukan sebagai tetua betina. Emaskulasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu; secara mekanis, fisika, dan kimia. Praktikum kali
ini, emaskulasi dilakukan dengan cara mekanis, yaitu dengan mengambil serbuk
sari menggunakan alat penjepit, pinset ataupun jarum. Pengambilan kotak sari
dilakukan sebelum kotak sari terbuka dan serbuksari luruh. Gunting digunakan
untuk memotong ujung palea dan lemma agar mudah diambil kepala sarinya.
Penyungkupan dan pelabelan dilakukan setelah emaskulasi selesai dilakukan
dengan tujuan agar terhindar dari penyerbukan yang tidak diinginkan dan untuk
menghindari kesalahan ( Nasir, 2001 ).
d.
Hibridisasi
Pada praktikum kali ini hibridisasi dilakukan
dengan menaburkan benang sari di atas kepala putik bunga yang sudah dikasstrasi
tersebut serata mungkin.
Teknik
persilangan pada tanaman menyerbuk silang. Tanaman
menyerbuk silang, misalnya jagung, termasuk tanaman monoccious dimana bunga
jantan dan betina letaknya terpisah. Bunga jantan berbentuk malai terletak di
bagian pucuk tanaman, sedangkan bunga betina terletak kira-kira pada
pertengahan batang tanaman. Serbuk sari dihasilkan pada malai 1 – 3 hari
sebelum rambut tongkol keluar. Rambut tongkol ini berfungsi sebagai kepala
putik dan tangkai putik. Serbuk sari mudah diterbangkan angin. Satu malai dapat
menghasilkan ± 25 juta serbuksari atau setara dengan 50.000 serbuk sari untuk
tiap rambut tongkol, bila diasumsi tiap tongkol terdapat 500 biji. Oleh karena
letak bunga yang terpisah dan serbuk sarinya mudah diterbangkan angin maka
rambut tongkol besar sekali kemungkinannya untuk mendapatkan serbuk sari dari
tanaman di sebelahnya. Penyerbukan silang hampir terjadi 95%. Dalam kondisi
optimal, serbuk sari tetap berfungsi selama 12 – 18 jam. (Nasir, 2001).
Hibridisasi memerlukan serangkaian
prosedur yang harus dilakukan dengan cermat untuk memperoleh kualitas benih
yang baik tanpa tercemar oleh serbuk lain. Tiap klai akan dilakukan persilangan
tongkol tanaman yang hendak disilangkan ditutup dengan kantong kertas. Kantung
ini harus tahan air dan kuat untuk mendukung pertambahan berat dan volume
tongkol. Penutupan tongkol dengan kantung kertas ini dilakukan sebelum rambut
tongkol keluar. Kantung kertas ini harus diikat dengan kuat antara tongkol dan
batang jagung, agar tidak mudah diterbangkan angin. Setelah rambut tongkol
keluar penuh dilakukan penutupan malai
yang akan menghasilkan serbuk sari dari tanaman tetua yang akan digunakan
sebagai tetua jantan. Penutupan malai tersebut dilipat sedemikian rupa sehingga
serbuk sari tidak bisa keluar ke bagian bawah. Penutupan malai ini diperkuat
lagi dengan jepitan atau staples agar tidak bisa diterbangkan angin. Hari
berikutnya penyerbukan buatan dapat dilakukan. Malai digoyang-goyangkan agar
serbuk sari keluar dan terkumpul dalam kantung kertas tersebut. Selanjutnya,
ramut tongkol dipotong dengan gunting hingga tinggal ± 2 cm. Dengan demikian
rambut tongkol menjadi rata. Setelah itu serbuk sari ditaburkan pada rambut
tongkol. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari
terjadinya kontaminasi. Setelah persilangan dilakukan, tongkol ditutup kembali
dengan kantung kertas dan dijepit kuat pada batang dengan staples. Pada kantung
ini ditulis tanggal persilangan dan jenis persilangan yang dilakukan. (Nasir,
2001)
Pada saat persilangan, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya apakah
persilangan tersebut akan berhasil atau gagal, diantaranya :
1. Faktor
internal
a. Pemilihan
tetua
Ada lima kelompok sumber plasma nutfah yang dapat dijadikan tetua
persilangan yaitu: (a) varietas komersial, (b) galur-galur elit pemuliaan, (c)
galur-galur pemuliaan dengan satu atau beberapa sifat superior, (d) spesies
introduksi tanaman dan (e) spesies liar. Peluang menghasilkan varietas unggul
yang dituju akan menjadi besar bila tetua yang digunakan merupakan
varietas-varietas komersial yang unggul yang sedang beredar, galur-galur murni
tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas sintetik.
b. Waktu
tanaman berbunga
Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan: (1) penyesuaian waktu
berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat
anthesis dan reseptif waktunya bersamaan, (2) waktu emaskulasi dan penyerbukan.
Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, seperti pada bunga
kacang tanah, padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah
jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif.
Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak
bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu
penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam
waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi
tentang umur tanaman berbunga. (Syukur, 2009)
2. Faktor
eksternal
a. Pengetahuan
tentang organ reproduksi dan tipe penyerbukan
Untuk dapat melakukan penyerbukan silang secara buatan, hal yang paling
mendasar dan yang paling penting diketahui adalah organ reproduksi dan tipe
penyerbukan. Dengan mengetahui organ reproduksi, kita dapat menduga tipe
penyerbukannya, apakah tanaman tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk
sendiri.
b. Cuaca
saat penyerbukan
Cuaca sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan persilangan buatan.
Kondisi panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah
menyebabkan bunga rontok. Demikian pula jika ada angin kencang dan hujan yang
terlalu lebat.
c. Pelaksana
Pemulia yang melaksanakan
hibridisasi harus dengan serius dan bersungguh-sungguh dalam melakukan
hibridisasi, karena jika pemulia ceroboh maka hibridisasi akan
gagal. (Syukur, 2009)
Saat
praktikum kendala faktor yang mempengaruhinya yaitu cuaca setelah penyerbukan.
Pada waktu itu cuaca saat penyerbukan cukup cerah tetapi beberapa hari setelah
penyerbukan terjadi hujan lebat sehingga hasil penyerbukannya gagal.
Selain
faktor – faktor yang mempengaruhinya, dalam melakukan persilangan harus
memperhatikan pula beberapa hal, diantaranya :
1. Penyesuaian
waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya
saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan.
2. Waktu
emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus
diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila
melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan
harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan
waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan sinkronisasi.
Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya
kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini
diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga. (Tanto, 2002)
Pada praktikum acara hibridisasi tanaman menyerbuk silang kali ini,
Praktikum di lakukan di sawah belakang Laboratorium Riset UNSOED dengan
menggunakan tanaman jagung varietas jagung manis untuk tetua jantan maupun
tetua betinanya. Kondisi lapang saat melakukan penyerbukan silang cukup
mendukung karena cuaca suhu pada saat itu tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu rendah kira kira 20-25 dan hal ini merupakan suhu yang optimum dan
bagus untuk melakukan penyerbukan silang.
Sedangkan kendala kendala yang di temui pada saat melakukan hibridisasi
tanaman menyebuk silang adalah sedikitnya tongkol (bunga betina) yang mempunyai
rambut pendek yang akan di lakukan proses penyerbukan. Karena syarat yang tepat
dan sesuai untuk penyerbukan tanaman silang pada jagung adalah tongkol tersebut
mempunyai rambut yang masih pendek. Kendala lainnya beberapa hari setelah
penyerbukan terjadi hujan lebat yang sering mengakibatkan kertas pembungkus
jagung rusak.
Berdasarkan data pengamatan pada praktikum acara hibridisasi tanaman
menyerbuk silang kali ini di peroleh jumlah biji total 379 biji dimana biji F1
ini merupakan hasil persilangan antara tetua jantan dan tetua betina dengan
varietas jagung manis. Dan dari hasil pengamatan, hibridisasi yang
dilakukan persilangan ini termasuk sudah berhasil, sebab bunga betina
yang diamati menunjukkan tanda-tanda keberhasilan hibridisasi yaitu bulu-bulu
benang tongkol berubah warna menjadi kecoklatan dan tongkol membesar.
Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu sampai
dua minggu setelah dilakukan penyerbukan. Jika calon buah mulai membesar
dan tidak rontok maka kemungkinan telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika
calon buah tidak membesar atau rontok maka kemungkinan telah terjadi kegagalan
pembuahan. (Syukur, 2009)
Tanaman yang
menyerbuk silang terjadi dengan jatuhnya tepung sari pada rambut lebih kurang
95% dari bakal biji terjadi karena penyerbukan. Sedangkan hanya 5% terjadi
karena penyerbukan sendiri, karena jagung merupakan tanaman berumah
satu. Kegunaan Inbreeding, yaitu :
1. Mengurangi
frekuensi alel-alel resesif yang merugikan
2. Meningkatkan
variabilitas genetik di antara individu dalam suatu populasi
3. Mengembangkan
genotip potensial
Teknik
hibridisasi atau penyerbukan silang buatan adalah teknik yang dimaksudkan untuk
menggabungkan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh induk jantan dan
induk betina, dengan harapan akan diperoleh keturunan yang memilikigabungan
dari sifat-sifat baik tersebut. Sebelum melakukan hibridisasi dilakukan langkah kastrasi yaitu pengebirian organ kelamin
jantan yang mendekati matang.
BAB V
SIMPULAN
1. Penyerbukan silang adalah berpindahnya serbuk sari dari suatu
bunga tanaman lain ke kepala putik tanaman yang berbeda.
2.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penyerbukan silang pada jagung antara
lain: - Pemilihan tetua jantan dan
betina
- Kastrasi
- Emaskulasi
- Hibridisasi
3.
Pada saat persilangan, ada beberapa faktor
yang mempengaruhinya apakah persilangan tersebut akan berhasil atau gagal,
diantaranya :
a.
Faktor internal : Pemilihan tetua dan waktu tanaman berbunga
b.
Faktor eksternal : Pengetahuan tentang organ reproduksi dan tipe penyerbukan,
cuaca saat penyerbukan dan pelaksana.
4.
Berdasarkan
data pengamatan pada praktikum acara hibridisasi tanaman menyerbuk silang kali
ini di peroleh jumlah biji total 379 biji dimana biji F1 ini merupakan hasil
persilangan antara tetua jantan dan tetua betina dengan varietas jagung manis.
Dari hasil pengamatan ini dapat dikatakan berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Alfikri, A.L. 2011. Metode Hibridisasi Buatan. <http://blog.ub.ac.id/labib/sample-page/>.
Diakses tanggal 5 November 2012.
Allard, R.W., 1960. Principle of Plant Breeding.
John Willey&Sons. Inc.
Nasir, M. 2001. Pengantar
Pemuliaan Tanaman. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendidikan Nasional
Sunarto. 1997. Pemuliaan
Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.
Soemedi.
1982. Pedoman Bercocok Tanam Padi. Universitas Jenderal Sodirman,
Purwokerto.
Syukur, M.,
S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik
pemuliaan tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen
Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor. 284 hal.
Tanto.
2002. Pemuliaan Tanaman dengan
Hibridisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Yunianti, Rahmi., Sriani Sujiprihati., dan Muhamad
Syukur. 2011. “Teknik Persilangan Buatan”
0 komentar:
Posting Komentar