Berawal dari event yang ditag
(ditandai) salah satu teman kampus di jejaring sosial. Awalnya saya hanya
tertarik mengikuti ajang menulis saja, “Ada event nulis essay bulan ini mas, mau ikut nggak?” katanya. Dengan gembira saya menerima
tawarannya, “Oke, DL kapan? Temanya apa?,” tanyaku.
“Tunggu info selanjutnya aja mas,
nanti saya kabari lagi,” pungkasnya. Sampai tiba saatnya event itu berlangsung, penjaringan essay pun dimulai. Awalnya ragu, sampai mendekati tanggal DL pun saya
belum membuat essaynya, bahan sudah
terkumpul tapi, belum ada hasrat untuk menulis.
Namun, setelah itu teman saya
berhasil memaksa untuk mengikuti ajang tersebut. Mau tidak mau saya harus
mengikutinya. Dalam waktu satu malam saya rampungkan menulis essay. Keraguan saya tak berhenti sampai
disitu, lomba itu mensyaratkan 3 orang partner. Karena akan ada sesi debat jika
essaynya lolos menjadi sampai 8 besar
katanya. Apa debat? Seketika bayangan saya tertuju pada salah seorang teman
yang paling jago berdebat, dia pernah menjurai ajang debat tingkat fakultas.
Segera saya hubungi via sms dan akhirnya dia menerimanya.
Tak terlalu banyak berharap
karena membuat essaynya pun ngasal, alias
semalam jadi -_- . Sampai tiba saatnya pengumuman finalis, dan ternyata tidak
ada namaku dalam pengumuman itu. Sedih :(
Tapi tunggu dulu, ternyata
setelah melihat dengan seksama nama yang muncul adalah
salah satu anggota
timku. Alhamdulillah, kami bahagia mendengar kabar itu.
Selang berapa hari dilakukan technical meeting guna penjabaran teknis
pelaksaan debat. Dengan semangat saya mengikutinya sampai pada ajang
sesungguhnya, yups DEBAT! Panitia
hanya memberikan waktu sehari untuk mempersiapkan materi. Terbayang kan
persiapan untuk debat hanya sehari dan itu tidak maksimal. Data yang kami
peroleh belum mampu menopang argumen-argumen yang ingin kami sampaikan.
Alhasil, hanya bisa pasrah. Semoga diberikan kemudahan, doaku saat itu.
Saat Hari-H
Melihat wajah setiap kontestan
rasanya merinding, apalagi kami mendapat
kabar bahwa salah satu tim lawan kami merupakan debaters yang sudah mapan alias jam terbangnya tinggi. Sudah
menjadi juri di berbagai ajang debat kata partner
tim debat kami. Alamak, saya seumur-umur baru kali ini mengikuti ajang debat, semoga
jangan sampai bertemu di babak penyisihan.
Dari hasil undian babak
penyisihan mempertemukan tim kami dan mahasiswa angkatan 2014, yang juga mahasiswa
fakultas pertanian. Setelah saya lihat ternyata junior saya (cabe) di LPM
AGRICA. Seketika kami berpikir, pokoknya jangan sampai kita kalah dengan cabe,
mau dibawa kemana muka kita kalau kalah. Berbekal gengsi tersebut kami
bertanding habis-habisan di babak penyisihan dan akhirnya tim kami dinyatakan
LOLOS dan melaju ke semi final. Senengnya :)
Tiba saatnya pengundian babak
semifinal dan ternyata tim kami bertemu dengan tim yang paling ditakuti, yak
bertemu dengan debaters mapan. Nyali
sudah ciut duluan, saat moderator membacakan pertanyaan pun akhirnya tim kami
tidak fokus, sehingga kalah cepat. Data yang kami dapatkan kontra dengan
permasalahan yang diajukan moderator, seketika kami pusing tujuh keliling
menyusun argumen. Tak ada bahan, semua argumen kacau tak berdasar data.
Habislah saat itu juga. Kami pesimis untuk lanjut ke tahap final dan benar saja
ketika pengumuman hasil pemenang yang melaju ke babak final nama tim kami tidak
disebutkan, alias gugur. hikshiks
Walaupun tim kami kalah, tapi
bangga rasanya bisa beradu argumen dengan debaters
mapan. Selalu ada hikmah dibalik kekalahan, itulah prinsip dalam setiap
kompetisi, apapun itu.
Dari situ saya tahu bagaimana
caranya berdebat, bahwa di ajang debat pihak yang harus diyakinkan adalah juri,
bukan lawan karena juri yang akan menilai seberapa kuat argumen yang kita
ajukan. Dari ajang ini juga saya belajar bahwa kemampuan saya dalam mengungkapkan
tiap fakta sangatlah minim. Penjabaran suatu pokok permasalahan menjadi sebuah
pandangan atau argumen tidak semudah membalik tangan, dibutuhkan kebiasaan dan
latihan. Itulah sekelumit cerita saat tentang pengalaman pertama saya dalam kompetisi
debat.
Semoga dapat mengambil manfaat
dari setiap jengkal ceritanya.
0 komentar:
Posting Komentar