Desa
harus jadi kekuatan ekonomi, agar warganya tak hijrah ke kota. Sepinya desa
adalah modal utama untuk bekerja dan mengembangkan diri.
Lirik lagu yang tak
asing bagi pecinta iwan fals mengilhami penulis untuk mengungkapkan idenya. Indonesia
kini tengah berpacu dengan waktu dalam menyambut pelaksanaan pasar bebas Asia
Tenggara atau ASEAN Economy Comunity
(AEC) yang akan dimulai tahun 2015. Polemik pun muncul terhadap kemandirian
ekonomi di pedesaan, potensi besarnya rawan terbengkalai. Faktor penyebabnya
yaitu tak tertahannya arus urbanisasi.
Sebagian besar penduduk
Indonesia tinggal di desa. Itu cerita lalu. Kini kondisinya berbeda. Menurut
Sudjatmiko (2014), tahun 2013 penduduk kota dan desa nyaris berimbang, 50,15
persen penduduk Indonesia berada di desa dan 49,85 persen di kota. Diperkirakan
awal tahun 2015 akan tercipta rekor baru. Jumlah penduduk kota akan melewati
penduduk desa. Jika tren ini berlanjut, diperkirakan tahun 2045 sekitar 86
persen penduduk tinggal di kota.
Ditilik lebih dalam,
urbanisasi tercipta akibat lemahnya ekonomi di desa. Desa sudah tidak mampu
lagi memberi secuat harapan bagi penduduknya. Kesenjangan ekonomi penduduk desa
dan kota sangat terasa, infrastruktur di desa dan kota berbeda jauh. Hampir
semua sektor ekonomi tersentralisasi di kota.
Ekonomi yang mandiri,
dipahami sebagai ketidaktergantungan kepada pihak lain (dependency). Ketidaktergantungan tidak berarti keterisolasian dan
tidak berarti tak mengenal adanya saling
ketergantungan (interdependency). Maka
tidak semua negara memiliki potensi yang sama, maka ada kebutuhan untuk saling
mengisi dan kebutuhan ini menciptakan perdagangan,
dan dengan demikian mengakibatkan adanya lembaga yang disebut pasar. (Kartasasmita,
1996).
Desa memegang peranan
sentral dalam meningkatkan ekonomi Nasional. Namun, rendahnya daya saing menjadi
tantangan besar yang harus segera diselesaikan pemerintah. UMKM harus menjadi
prioritas pemberdayaan guna mencapai desa mandiri ekonomi. Tujuan pembuatan
essay ini untuk memberi solusi kepada pemerintah dalam rangka persiapan menuju
AEC tahun 2015.
Total luas wilayah kota
sekitar tiga setengah persen dari luas wilayah Indonesia. Jika urbanisasi tidak
ditahan, pada 100 tahun kemerdekaan Indonesia, tiga setengah persen luas
wilayah itu harus menampung 86 persen penduduk. Permasalahan di kota, seperti
permukiman kumuh, kriminalitas, kemacetan, dan polusi, dapat menjadi semakin
buruk jika desa tidak mandiri (Sudjatmiko, 2014). Sementara itu, desa memiliki banyak
potensi yang terpendam. Sudah selayaknya desa mandiri, sudah selayaknya desa
menjadi kekuatan ekonomi penopang negeri. Lantas bagaimana caranya agar desa
dapat bertahan ditengah gempuran arus pasar bebas yang semakin meningkat?
Pemberdayaan UMKM
UMKM diartikan sebagai usaha-usaha
padat karya dan hampir terdapat di semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung
pada bahan-bahan baku lokal serta penyedia utama barang-barang dan jasa kebutuhan
pokok masyarakat berpendapatan rendah atau miskin (Tambunan, 2009). Menurut penelitian
APEC (Gambar 1) menunjukkan bahwa daya saing UMKM Indonesia paling rendah
dibandingkan UMKM di sejumlah ekonomi APEC lainnya yang diteliti. Ini
menimbulkan keraguan mengenai kemampuan UMKM Indonesia untuk mampu bersaing di
pasar regional (misalnya ASEAN atau APEC).
Konsep pemberdayaan yaitu
mengupgrade kemampuan, memotivasi dan
mendorong potensi yang ada untuk dikembangkan ditawarkan sebagai solusi.
Potensi ekonomi desa
diarahkan untuk meningkatkan produktivitas. Sehingga, baik sumber daya manusia
maupun sumber daya alam di sekitar desa dapat ditingkatkan produktivitasnya. Maka,
desa dan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan
nilai tambah ekonomis.
Pemberdayaan yang dimaksud yaitu:
1.
Pasar internet.
Diupayakan
semua UMKM lebih diarahkan untuk mendapatkan akses bukan askes. Internet dijadikan
jembatan arus informasi mengenai pasar, teknologi, fasilitas perdagangan, perbankan
dan lainnya. Pemasaran produk-produk desa harus sudah mulai merambah ranah
internet. Pengadaan pasar internet bagi pelaku UMKM dirasa penting. Sejalan
dengan itu maka perlu diadakan pengadaan infrastruktur komplementer. Pemasaran
via internet lebih mudah dilakukan dan hemat biaya. Potensi pasar ASEAN yang
mencapai delapan persen dari populasi dunia tentu sangat menggiurkan. Bagi
indonesia ini merupakan potensi karena 40% penduduk ASEAN berada di Indonesia
jika Indonesia menjadi negara ekonomi yang produktif dan dinamis, ditambah rata-rata
usia produktif penduduk indonesia yang diindikasikan akan mendapat bonus
demografi.
2.
Pengadaan laboratorium uji produk di
desa
Guna
meningkatkan kualitas produk UMKM perlu diadakan program secara merata dalam
rangka mengolah produk yang siap di ekspor. Dengan adanya laboratorium
diharapkan pengusaha UMKM dapat menguji kualitas agar mendapatkan label SNI. Pemberian
fasilitas dan peralatan yang mendukung iklim usaha yang baik perlu diberikan.
3.
Sekolah Lapang Pengusaha
Pendidikan
menjadi kunci utama meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sehingga terlahir
pengusaha yang berwawasan luas, kreatif dan inovatif. Sekolah lapang
dimaksudkan untuk melatih mental pengusaha untuk pantang menyerah dan terus
berinovasi.
4.
Bank UMKM
Bank UMKM sebagai
solusi untuk mengatasi permodalan yang kerap menjadi titik buntu pengembangan
UMKM. Bank ini dapat menyalurakn berbagai kredit usaha dengan bunga rendah bagi
pengusaha UMKM.
Simpulan
Demikianlah alternatif
solusi pikiran kami, sebagai persiapan dalam rangka menghadapi AEC. Kami
berharap apa yang kami tuliskan dalam essay ini ada gunanya untuk dijadikan awal
pembahasan yang lebih mendalam mengenai strategi penguatan kemandirian ekonomi
desa. Kami berharap pihak-pihak yang berkaitan dengan essay ini dapat
merealisasikan gagasan dalam program-program aksi yang nyata dan dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat desa. Semuanya itu merupakan tantangan
yang perlu dijawab termasuk oleh para akademisi, pemerintah dan utamanya mahasiswa.
Daftar
Pustaka
Sudjatmiko, Budiman. Desa Hebat, Indonesia Hebat . Kompas. Selasa, 21 oktober 2014.
Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pemberdayaan Ekonomi
Rakyat Melalui Kemitraan Guna Mewujudkan
Ekonomi Nasional Yang Tangguh Dan Mandiri. Seminar Nasional Lembaga Pembinaan Pengusaha Kecil Menengah
dan Koperasi (LP2KMK-GOLKAR), Jakarta, 7 Nopember 1996
Tambunan, Tulus T.H. .2009. SME in Asian Developing Countries. Palgrave Macmillan Publisher. London
APEC. 2006. A Research on the Innovation Promoting
Policy for SMEs in APEC Survey and Case Studies, December. APEC SME Innovation Center. Korea Technology and Information
Promotion Agency forSMEs, Seoul.
Lampiran
Gambar 1
Sumber: APEC (2006)
0 komentar:
Posting Komentar