image1 image2 image3

WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|I LOVE TO DO CREATIVE THINGS|I'M A DREAMER

Meja Belajar

Pagi ini aku kembali teringat dengan hadiah yang kamu berikan kepadaku. Hadiah yang dulu mampu menerangi sudut gelap hati ini. Hadiah terindah ketika aku mulai memasuki usia 20. Hadiah itu ku letakkan  di meja belajarku. Dengan harapan aku dapat mengingatmu sepanjang waktu. Sejenak ku hembuskan nafasku melewati rongga hidung dan mulut secara bersamaan, terdengar suara “huuh” tanda aku lelah dengan semua ini. Dengan semua kenangan yang pernah kau goreskan. Aku lelah untuk berusaha melupakan.


Ku ambil hadiah yang kamu berikan, tanpa terasa air mataku berlinang membasahi pipi. Aku tak tahu kenapa kamu dengan mudah pergi meninggalkanku, kamu tega membuatku menangis setiap pagi. Entah kenapa bayangmu selalu hadir setiap aku bangun pagi. Dulu setiap pagi kamu menyapaku lewat sms.


“Good morning sayang, semangat ya buat hari ini, do the best! :*” sapaanmu seketika membangkitkan semangatku, memompa kembali kekuatanku.


“Iya sayang, kamu juga ya :*” dengan segera aku membalas, meskipun mataku belum sempurna membuka.


Tapi, kini semua hilang, kamu hilang ditelan bumi. Apakah kamu sudah lupa dengan janji-janjimu? Pertanyaan itu selalu menghantuiku sepanjang waktu. Janji yang selalu ku ikat dalam hati. Aku tak pernah mencoba berpaling kepada pria manapun. Aku setia menunggumu, tapi kamu tak pernah hadir lagi. Kamu hilang tanpa sempat menghubungiku. Aku mencari ke rumahmu ke semua teman-temanmu, tapi hasilnya nihil. Tak ada yang tahu kemana pergimu.


Entah sampai kapan aku bisa bertahan seperti ini. Ibu kostku bahkan prihatin setiap kali aku bangun tidur.

“Nangis lagi sa? Wes lah pacarmu itu mungkin sudah pergi, mbok cari pacar lain, banyak yang ngantri tuh” ucapnya ketika aku baru membuka pintu kamarku. Dengan mata sembab aku menjawab lirih, “Aku akan tetap menunggu dia, sekalipun aku harus menangis setiap pagi.”


Itu makannya sudah ibu siapkan. Makan yang banyak ya.” Berat badanku memang turun drastis semenjak Andi pergi, aku tidak lagi nafsu makan. Aku lebih suka menyendiri di kamar menunggu kamu menyapa dari balik jendela kamarku.


***


“Hai cantik, pagi-pagi kok matanya merah si” Tora meledekku ketika aku baru memasuki pintu gerbang kampusku. Kampus yang menjadi saksi kesetiaan cintaku padamu. Aku sudah kebal dengan ledekan seperti itu, hampir semua temanku tahu penyebab mataku sembab setiap kali berangkat kuliah. Mereka pernah menyarankanku untuk mencari pria lain agar hidupku kembali ceria. Tidak semudah itu bisa berpindah ke lain hati.


“Kemanapun aku pergi aku akan kembali kepadamu, inget itu sa!” Kata-kata itulah yang membuatku yakin kalau Andi suatu saat akan kembali. Pria bertubuh tinggi itu membuatku tidak berani beranjak kepada pria lain. Sejak kepergian Andi aku beberapa kali didekati oleh pria, tapi semua aku tolak. Aku masih setia sampai kapanpun. Tak ada pria yang mampu menandingi Andi, hanya dia yang tahu bagaimana cara menyayangiku.


Dia lah yang menemaniku semanjak aku membuka mata sampai aku terlelap. Dia lah yang menyapaku setiap pagi. Dia lah pundakku, dia selalu bisa membuat hidupku ceria, semua masalah kita hadapi bersama.


“Bagaimana bisa aku melupakanmu ndi, semua kenangan indah bersamamu masih aku simpan rapi dalam memori otakku” gumamku ketika dosen sedang menyampaikan materi kuliahnya.


Kamu pernah memberiku bahagia tapi sekarang justru derita yang aku rasakan. Aku ingin bahagia seperti dulu, saat kamu selalu di sisiku. Kamu tahu betapa sakitnya menahan rasa rindu ini.  Perih sekali, setiap saat aku memikirkanmu tapi aku tak tahu keadaanmu. Aku mulai berhenti berharap, aku pasrah dengan semua ini. Satu hal yang teringat dan akan selalu ku ikat dalam hati kemanapun perginya Andi, dia tak akan pergi meninggalkanku. Aku percaya itu.

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar