image1 image2 image3

WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|I LOVE TO DO CREATIVE THINGS|I'M A DREAMER

TEMBOK




Di sudut ruangan ini aku menyendiri. Memadu kasih dengan angan-angan dan bayanganmu. Ruangan ini berbentuk persegi panjang dengan atap gugusan awan. Terkadang diselingi burung yang sedang berjuang keras demi memenuhi kehidupan keluarganya. Di sudut ini aku melihat rombongan semut bergotong-royong membawa makanan ke dalam sarangnya. Makanan yang besarnya limapuluh kali lipat bobot tubuhnya hanya diangkut oleh lima ekor saja. Betapa mulia hati mereka, rela berkorban demi rombongannya. Realita yang sama sering terlihat di depan mataku. Ketika hanya segelintir orang saja yang rela memperjuangkan kebutuhan kelompoknya.

Ku lihat tembok di depanku berwarna putih. Pada segenap bagiannya mulai ditumbuhi lumut-lumut, tembok itu seakan tak ada lagi yang memperdulikannya. Putihnya kini tergantikan oleh goresan dan mozaik warna hijau dipadu kuning karat. Sekilas tampak indah, setidaknya dari kaca mata orang awam yang tak terlalu mengerti detail tentang seni gambar. Mereka berbeda tapi tidak saling bertengkar. Warna putih ikhlas dengan lumut dan karat yang berdiri diatasnya. Warna putih ingin berbagi kehidupan juga dengan mereka. Mereka yang kehadirannya tak pernah diinginkan di tembok lainnya. Putih bukan hanya berarti suci tapi putih juga dapat berarti ikhlas, ikhlas menerima segala coretan yang siap mencoreng keindahannya.

Aku semakin larut dalam lamunan, ku rebahkan tubuh dan ku tempelkan punggung dan kepalaku ke tembok. Aduhai enak sekali, di sela-sela kesibukanku dan segudang aktivitas yang menguras pikiran dan tenaga masih ada tempat untuk bersandar. Ketika teman tak lagi dapat menjadi tempat bersandar aku pasti dating ke tempat ini. Ke sudut ruangan ini. Sudut dimana terdapat tembok yang dapat aku jadikan bersandar. Disini aku dapat merenung dan introspeksi diri sejauh mana aku sudah melangkah. Dan aku selalu membayangkan seandainya disini ada kamu, iya kamu pasti akan aku ceritakan kala tembok ini berucap mesra kepadaku.

Suatu kali ketika suasana hati sedang remuk, segala usahaku tak pernah membuahkan hasil dan sering dicemooh orang lain.

“Buat apa kamu usaha seperti itu, toh hasilnya tetep sama saja.” Ucapan temanku kadang seketika terdengar, aku hanya bias meringis tak mampu menjawab. Karena itulah kenyataannya, usahaku tak membuahkan hasil.

“Cobalah kau lihat betapa tegarnya aku, hujan, panas, badai, angina selalu menghampiriku kapanpun mereka mau.” Suara itu muncul dari dalam tembok, aku terhentak, penasaran mencari arah datangnya suara.

“Hei, siapa yang berbicara?” teriakku. Suasana sejenak diam, tak ada tanda-tanda orang disini.

“Aku yang selama ini menjadi tempatmu bersandar.” Suara tak bertuan kembali muncul.

Aku tak lagi bertanya, sudah pasti aku tahu jawabannya. Karena tembok inilah yang selama ini menjadi tempatku bersandar. Tak ada yang lain. Sejenak aku mengingat kalimat yang dilontarkan tembok tadi. Betapa lemahnya aku saat ini, baru diterpa sedikit masalah saja sudah ingin menyerah. Aku hanya bisa membatin, terimakasih sahabatku telah menyadarkanku. Tetaplah menjadi tempatku bersandar sampai ajalku menjemput. Dengan langkah gontai aku berjalan menyusuri senja di kotaku. Ku tinggalkan tembok sandaranku untk kembali ke rumah. Disana keluarga sudah menantiku.

Ketegaran akan selalu hadir ketika kamu dirundung masalah. Masalah harus dihadapi, menghindar bukan jalan yang baik. Tak ada salahnya belajar dari tembok-tembok kehidupan yang tanpa disadari telah menasihati kita dengan sangat arif dan bijaksana. Mereka mungkin diam tapi diam bukan berarti tak dapat berbicara, mungkin pada suatu saat mereka akan berbicara saat dibutuhkan. Saat semuanya terdiam tembok kehidupan akan dengan lembut berbisik untuk terus berjuang.

Catatan malam

Share this:

CONVERSATION

2 komentar: