Moment paling sakral dan bersejarah dalam hidup. Setelah 4
tahun lamanya mengenyam bangku kuliah kini tiba saatnya hari bahagia itu
datang. Sedari pagi aku menyiapkan wajah. Agar terlihat anggun di depan pak
Rektor, ya walaupun cuma sehari tak apalah. Sebelumnya tak pernah ada niat
berdandan, berangkat kuliah belum mandi pun sering aku lakukan. Semua itu
karena tugas yang menumpuk dan harus selesai pada hari itu. Tapi, sekarang aku
tidak mau seperti itu lagi. Di belakang namaku sudah resmi menyandang gelar
SARJANA.
Menarik sekali ketika awal memasuki dunia kampus, Siapa yang
tak pernah ikut OSPEK? Melihat kakak angkatan memakai baju hitam dengan muka
seram. Rasanya ingin segera ku makan 4 tahun dan ku kenakan toga agar berakhir
semua penderitaan saat itu. 3 hari yang panjang penuh dengan tugas, lelah,
capek. Harus repot berangkat ke kampus jam 5 pagi pula, sesampainya langsung di
marah-marahin karena telat 1 menit. Pria berbaju hitam di depanku dengan
lantang berkata “Petani saja berangkat ke sawah pagi hari tidak pernah
mengeluh, kalian disuruh berangkat jam lima telat” teriaknya.
Hari berjalan tanpa kenal lelah, penderitaan OSPEK telah
berlalu berganti dengan kegiatan akademik, berproses di organisasi manjadi
calon anggota sudah ku lewati. Kini aku
menyandang sebagai pengurus membuat hari-hariku tersita. Tiba saatnya tahun
kedua aku berproses di kampus, tak terasa mahasiswa baru datang. Dan aku andil
dalam kepanitiaan OSPEK, melihat wajah tak berdosa yang masih polos
mengingatkanku pada masa itu, “Mungkin dulu aku seperti itu, polos dan hanya
bermodal semangat” kataku.
Aku duduk di atas meja, kembali mengenakan baju kerah putih
dan celana hitam layaknya mahasiswa baru sedang OSPEK. Di hadapan dosen
pembimbing akademik dan mahasiswa aku harus memaparkan dan
mempertanggungjawabkan hasil penelitianku selama satu tahun. Untung saja waktu
itu ikut organisasi dan sudah terbiasa menghadapi banyak orang, memimpin rapat
dan lain-lain sehingga tak ada rasa canggung sedikitpun. Dengan lancar dan
bangga aku memaparkan hasil penelitian. Semua mata tercengang tak percaya
melihat hasi penelitianku. Decak kagum dan sambutan dengan berdiri seraya
mengangkat tangan dan mengacugkan jempol ke arahku menjadi hal paling
mengesankan.
Seminar berlalu, aku berjalan meniti hari bergelut dengan
waktu dan tiba pada saat pendadaran, hari paling menegangkan. Degup jantungku
semakin tak terbendung ketika memasuki ruangan dengan 4 kursi di depan dan aku
harus sendiri menghadapi tiga orang dengan mata tajamnya. “Kursinya panas banget”
kataku.
Beberapa temanku menunggu di depan, mereka takut kalau aku
pingsan di ruangan. Jam berlalu bertubi-tubi pertanyaan memukulku, beberapa
pukulan telak mengenai otakku sampai aku tak mampu mengingat jawabannya. “Abis
mandi bu?” kata temanku melihat sekujur tubuhku dipenuhi dengan keringat.
Akhirnya memori di kampus selesai, tinggal menunggu hari bahagi, ya! Wisuda.
Terbayang betapa bahagianya mengenakan toga dan berdiri di
depan orangtuaku membawa setampuk ijazah. Sebuah moment memperbaharui semangat,
tantangan kehidupan meningkat satu level. Mengabdi kepada masyarakat menjadi
sebuah keniscayaan bagi seorang sarjana, mengamalkan dan berbagi ilmu yang
telah di dapat selama kuliah. Sembari duduk di kursi depan sekre aku melamun,
seorang temanku dari belakang mengagetkanku
dengan menepuk pundakku dan berkata.
“Rif, bangun udah jam setengah 8” teriak teman kosku. Dengan
lagak santai aku menjawab, “Masih jaman kuliah?” kataku santai. Aku lupa bahwa saat
ini aku sedang menempuh semester 5. Mengerjakan tugas semalaman membuat tidurku
pulas.
Dengan lembut aku berbisik, “Ternyata hanya mimpi” lirihku.
0 komentar:
Posting Komentar