image1 image2 image3

WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|I LOVE TO DO CREATIVE THINGS|I'M A DREAMER

BANJIR


Liburan telah tiba, horee. Pikirku saat itu


Semua berubah ketika menghadapi kenyataan bahwa didepan rumah sudah tergenang air. Sepatuku basah kuyup menerjang genangan air. Hawa dingin mulai menghinggapi tubuh setelah hampir 4,5 jam berkutat didalam bus. Panasnya bus sudah lenyap digantikan dengan dinginnya air. Ya, aku baru saja pulang dari Purwokerto, kota perantauanku.


Kok udane rak mandeg-mandeg si mbak (Kok hujannya nggak berhenti si mbak),” tanyaku pada kakak.

Wes ket wingi udane ngene le (Sudah dari kemarin hujan kayak gini),” jawabnya.

Oalah, lha aku arep metu angel ra ow, jane nek ngene mending aku ning Purwokerto sek ( Aku mau keluar susah ya, kalo tahu gini mending aku di Purwokerto dulu),” aku menanggapi sembari menyeruput tek hangat.

Harapanku buat menghadiri majelis pupus sudah. Hujan yang aku harapkan reda malah semakin menjadi, kalau dari segi intensitas memang tak terlalu deras. Tapi hujan seperti ini pasti bakalan awet. Aku tak mau jadi orang konyol dengan berhujan-hujanan menuju Kota.
Otakku mencoba mengingat sekitar dua minggu yang lalu, saat aku rehat sejenak sebelum bertempur di medan perang ujian. Waktu itu iseng jalan-jalan ke sekitar sungai di daerah kota, yang terlihat hanya tumpukan-tumpukan sampah dan eceng gondok yang tak berujung. Batinku berkata bagaimana kalau hujan deras menerjang, apa tidak banjir tuh?
Dan benar saja, sejak aku pulang hingga hari ini, langit Pekalongan tak pernah berhenti membayangi daratan dengan awan tebalnya. Seringkali air jatuh menendakan hujan, beberapa waktu kemudian hujan reda. Namun, selang berapa menit air turun lagi. Begitu terus selama tiga hari tiga malam. Sosmed ramai dengan kicauan-kicauan “Kapan ujannya berhenti”. Ada juga yang berkelakar “Doanya jones terkabul nih”.

Memang tahun ini berbeda daripada tahun-tahun sebelumnya. Aku tak pernah menjumpai Pekalongan banjir sebesar ini. Dimana-mana hanya terdapat genangan air. Di kota maupun di kabupaten hampir merata tergenang air. Tirto menjadi daerah terparah terkena dampak banjir. Bahkan ada beberapa daerah air mencapai ketinggian 90cm.

Dalam suasana duka seperti ini ada saja orang yang jail mengabarkan informasi ngawur. Beredar kabar pintu air di Talun dan Kletak jebol dan air akan mencapai daerah kota empat jam kemudian. Kabar ini membuat masyarakat was-was, broadcast sms tersebut langsung menyebar ke seluruh warga. Warga panik dan ketakutan bukan main. Dua jam lebih kabar burng itu beredar d kalangan masyarakat, sebelum SAR mengkonfirmasi kabar itu tidak benar.

Buruknya drainase dan budaya masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan dituding sebagai penyebab banjir besar. Kondisi tersebut diperparah dengan curah hujan yang tinggi terhitung sejak hari kamis sampai hari minggu pagi. Bukan hany Jakarta yang dikepung banjir, di Pekalongan pun sama. Kalau sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan. Aku bergumam dalam hati. Mungkin alam sedang memberi pengajaran kepada warga pekalongan agar mulai memikirkan dan merawatnya. Bagaimanapun perilaku manusia andil besar dalam bencana ini.

Ya Rabb, tabahkanlah saudara-saudara kami yang terendam banjir. Berikanlah kesehatan kepada mereka. Selamatkanlah harta benda mereka. Jauhkan mereka dari bencana. Akhirnya, kita hanya bisa mengambil hikmah dari bencana ini. Jangan semena-mena memperlakukan alam. Mari mulai peduli dengan alam, setidaknya dengan dimulai membuang sampah pada tempatnya (bukan kali). Banjir ini pasti berlalu kawan.

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar