Bukankah Bung Karno telah jelas mengatakan “Jangan
sekali-kali melupakan sejarah”.
Hari ini, 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional
sekaligus bertepatan dengan kelahiran bapak pendidikan nasional Indonesia Ki Hadjar
Dewantara. Dewasa ini, banyak orang bicara tentang pendidikan berkarakter
tetapi semuanya mentah saja. Tak pernah ada realisasi kebijakan khusus dari pak
Menteri dalam perbaikan pendidikan berkarakter. Ajang UN menjadi gambaran yang
sangat jelas betapa moral seorang guru dan murid mungkin sama saja. Pembiaran terhadap
praktik kecurangan seakan dianggap biasa saja. Sudah hilangkah tujuan
pendidikan di benak guru dan murid kita. Seperti perkataan Martin Luther King
Jr. "Kecerdasan dan karakter adalah
tujuan sejati pendidikan".
Sudah terlalu banyak orang yang tahu tentang praktik kekerasan,
kecurangan, komersialisasi dalam dunia pendidikan Indonesia. Baru-baru ini
malah pendidikan Indonesia tercoreng dengan kasus pelecehan seksual di salah
satu sekolah elit di Jakarta. Tak tanggung-tanggung pelakunya adalah gurunya
sendiri. Bagaimana bisa? Pikirku. Guru yang seharusnya dijadikan panutan oleh
muridnya malah melakukan hal-hal buruk.
Bicara tentang pendidikan Indonesia ingatanku langsung tertuju
pada kegiatan PKKM (Pengembangan Karakter dan Kepribadian
Mahasiswa) UNSOED. Aku diajarkan beberapa nilai kehidupan lewat serangkaian
kegiatan motivasi sebagai seorang mahasiswa baru kala itu. Ada satu sesi yang
tak pernah bisa hilang di benakku yaitu saat pemutaran video kisah perjuangan
Panglima Besar Soedirman. Dalam cuplikan video berdurasi 6 menit itu ada kalimat yang menarik minat saya.
Begini kira-kira bunyinya “Yang sakit itu
Soedirman, Panglima Besar tidak pernah sakit”.
Saat itu kesehatan Panglima Besar Soedirman
sedang merosot, penyakit Tuberculosisnya
semakin memburuk. Penyakit itu telah menggerogoti paru-parunya yang hanya
tinggal satu. Disaat pemimpin Indonesia sibuk dengan berbagai macam diplomasi,
Panglima Besar Sodierman justru turun langsung bergerilya di hutan-hutan
melawan kemerdekaan kurang dari 100%. Dari atas tandu Sang Jenderal bersama
pengikutnya menolak takluk terhadap kolonial. Melawan kesewenang-wenangan dan
penjajahan.
Lantas apa hubungannya dengan pendidikan
Indonesia? Aku teringat kata-kata Nelson Mandela "Pendidikan adalah senjata paling mematikan,
karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia". Betapa besarnya peran
pendidikan dalam kemajuan suatu bangsa. Dalam kasus diatas Jenderal Soedirman
sedang mendidik Bangsa Indonesia untuk pantang menyerah dan selalu berjuang
walaupun dalam keadaan terbatas. Hari ini berapa banyak anak Indonesia yang
belum mendapat akses pendidikan yang layak. Tapi dengan keterbatasan itu
seharusnya menjadi pemantik bagi kita untuk lebih berjuang dalam mendapatkan
hak layaknya Jenderal Soedirman memperjuangkan kemerdekaan. Bukan saatnya kita
bermalas-malasan, saatnya kita berjuang. Karena pendidikan adalah salahsatu hak
bagi seorang manusia. Dalam UUD 1945 pun sudah jelas disebutkan bahwa salahsatu
tujuan kemerdekaan Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Jika disetiap sekolah diajarkan nilai-nilai yang diajarkan
oleh pendiri bangsa mungkin ceritanya akan lain. Yang terjadi saat ini adalah
kita hanya mengajarkan sejarah Indonesia tapi hanya peristiwa-peristiwanya
saja, tidakkkah ada keinginan untuk mengajarkan nilai yang terkandung dari setiap
peristiwa? Adakah yang berfikir bahwa dibalik seremonial upacara bendera hari
senin terkandung makna yang sangat besar? Adakah murid diajarkan bahwa bendera
Merah Putih berkibar bukan dengan sendirinya, melainkan dengan tumpah darah
segenap anak bangsa? Kita belajar bahwa bendera Merah Putih tidak akan sanggup
berkibar sendiri, harus ada pengereknya. Begitu juga dengan Bangsa Indonesia. Dengan
persatuan dan kesatuan setiap elemen bangsa bendera itu dapat berkibar.
Di hari pendidikan nasional 2014 ini, sudah saatnya generasi
muda mempelajari kembali cita-cita pendiri bangsa ini. Mempelajari nilai
perjuangan setiap perjuangan mereka, agar tak hilang oleh derasnya arus
globalisasi. Hilang harta, hilang sesuatu. Hilang waktu, hilang kesempatan.
Hilang sehat, hilang kebugaran. Tapi jika karakter hilang, hilanglah segalanya.
Inilah makna kehilangan yang hakiki.
Selamat Hari Pendidikan Nasional.
0 komentar:
Posting Komentar